Allahumma saget nulis
Saya tidak tahu dari
mana asalnya keinginan menulis. Awalnya saya menduga semenjak saya suka dengan
buku. Ketika SD ada perpustakaan. Bukunya terbatas masih berupa cerita-cerita
pendek tentang pemeliharaan ikan, kelinci dan lain-lain. baru ketika MTs saya
mulai berkenalan dengan buku kembali. Saya masih ingat novel pertama yang saya
baca Sang Pemimpi. Buku seri kedua dari tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea
Hirata. Menginjak Aliyah minat itu masih saya jalankan meski tidak intens
karena sibuk berorganisasi.
Bapak dulu pernah
pernah bercerita kalau mengidolakan Prof Quraish Syihab dan Najwa Shihab.
Beliaulah yang mengajarkan saya tentang wawasan luas. Dari orang tua memang
tidak ada ada darah menulis. Bapak orang teknik yang terkenal pandai mengoperasikan
mesin bubut. Ibu keseharian dulu bekerja di pabrik dan sempat lama menjadi TKI
begitu juga kakak. Rasanya belum ada bayangan untuk jadi penulis. Berdasarkan
riwayat keluarga.
Penulis terkenal mulai
saya kenal beserta tulisan-tulisannnya
seperti Dahlan Iskan dan Ahmad Fuadi.Tanpa terasa bacaan-bacaan tersebut
merasuk ke alam bawah sadar dan menjadi nilai yang saya anut. Bayangan ideal
dalam novel memang cocok untuk saat itu wkwkwkwk.
Di jogja godaan
semakin besar. Lingkungan yang mendukung dan buku yang semakin banyak membuat sayapun
ingin jadi penulis. Bacaan saya lebih berkembang. Pandangan juga tidak seideal
yang dulu karena terpengaruh oleh penulis-penulis pergerakan dan perjuangan bak
Pramoedya Ananta Toer dan Emha Ainun Najib.
Disitu nama Dahlan
Iskan lama tidak saya dengar. Baru pada akhir 2019 muncul beliau dan podcastnya
di youtube. Kangen ini sepertinya terobati. Mengingat dulu setiap katanya saya
catat di buku. Hingga kini saya terus mengikuti tulisannya hampir setiap hari.
Pengalaman bertemu
penulis juga belum banyak. Pada waktu aliyah pernah bertemu mbak Khilma Anis
penulis novel Hati Suhita yang terkenal di kalangan pesantren itu.
kemudian saat kuliah aku memaksakan bertemu Andrea Hirata. Waktu itu sedang
bedah bukunya yang terbaru Orang-Orang Biasa. Beruntung aku juga
mendapat tanda tangan dan berfoto langsung dengannya. Rasanya puas sekali.
Menulis memang tidak
menjamin kaya dan sukses. Tapi bagi saya menulis sebagai cara saya belajar
seumur hidup.
Komentar
Posting Komentar